“Hutang adalah Hutang, wajib dibayar….!!!”
Semboyan tentang
tersebut itulah modal yang aku miliki di saat mengingatkan hutang baik itu
piutang…..Lampu padam, rumah tempat tinggalku gelap gempita ditambah dengan
nyanyian nyamuk yang mengusik telingaku membuat aku tidak betah sedikitpun
untuk menetap di rumah, lantas dengan saku kosong aku beranjakkan kakiku untuk mencari
orang yang pernah ngutang padaku, setibanya di rumahnya, aku mendengar ia
sedang menerima telepon, aku hanya bisa menunggu menghabiskan obrolannya di telepon.
Dengan perasaan terkejut melihatku berada di depannya, beberapa menit kemudian ia
menyelesaikan pembicaraannya, dan aku mulai menanyakan khabarnya terus tanpa
berbasa basi aku meminta hutangku segera dilunasi, akhirnya ia pun dengan suara
seolah tak punya apa-apa hanya berbekal uang sedikit ia pun memberikan sedikit
dari hutangnya dan ia berjanji untuk melunasinya bila ia sudah punya uang, rasa
iba yang aku rasakan membuat aku terlalu cepat untuk meng-iyakan perkaaannya
dan aku juga bersyukur di kala sakuku yang begitu kosong diya berbagi denganku.
“entar aku datang lagi sebab hutangmu belum lagi lunas ya…!!!”aku kembali
mengingatkannya.
Kemudian, aku pun tidak
berlama-lama berada di tempatnya, banyak kerjaan yang harus aku lakukan di
rumah, akupun terus melangkahkan kaki pulang ke rumah, kondisi rumah dengan
lampu padam aku pun kembali berangkat ke sebuah warung kopi dan duduk di sebuah
pojok.
Aku mulai melirik
orang-orang yang sesak di warung kopi, tentunya sedang sibuk dengan koneksi
internet di laptop mereka masing-masing, sementara para pelayan coffe pun sibuk
mondar-madir melayani berbagai macam pesanan minuman bagi pengunjung, sementara
waktu. Aku hanya duduk terdiam sambil mencoba untuk memanggil pelayan dan
memesan secangkir kopi hangat.
Akupun tidak menghabiskan
waktu percuma untuk nongkrong, aku mencoba menghidupkan laptopku sambil
menunggu pesanan kopi tiba di atas mejaku, dan menghubungkan koneksi internet
di laptop yang terlebih dahulu meminta password wifi-nya sama waiter
di warkop tersebut.
Tepat di sebelah mejaku
terlihat seorang anak lelaki yang sedang asyik membaca komik, aku berkomunikasi
dengannya dan berbetulan ia seorang perokok, aku mencoba dengan meminta korek
api padanya dengan prilaku sopan memberikan aku korek dan membuka pembicaran: “sedang
membaca komik ya?” Tanyaku, “iya bg,”jawabnya, dengan ramah ia melanjutkan
pertayaan padaku “abg suka komik juga bg?” kemudian aku menjawab pertanyaan:”kurang
suka, abg cuman ingin membuka facebook dan mencari sedikit bacaan kuliah!!!”
ujarku, diya hanya mengiyakan apa yang aku bilang, kemudian kami pun
tersibukkan dengan aktivitas masing-masing.
Beberapa menit kemudian
datanglah seorang kawannya dengan postur tubuh kurus hampir menyamai tubuhku
hanyasaja gayanya sedikit nada sombong yang membedakannya denganku, saling sapa
pun terjadi diantara mereka, di sela-sela pembiraan mereka seolah memandang aku
seorang perokok berat dengn sinis, dan mencoba menyindir aku sama temannya: “ko..ngerokok
ya min…..!!! kan dah aku bilang kau enggak usah ngerokok lagi….biyar sehat ko!”
ujarnya. Perasaan hanya tertuju padaku sementara aku hanya terdiam dan karena
tidak peduli hanya terlewatkan sedikit terucap dalam hatiku “ya….ngerokok emank
tak baik, engkau y tak merokok pun rasanya lebih krempeng daripada aku….sok
tahu kamu….!!!” Tertawa dalam hati.
Mereka terus mencoba
mengobrol dan aku tidak menggubris pembicaraan mereka, aku hanya menyibukkan
diri dengan mencari novel-novel gratis yang ada di website-website dan mencari
bahan bacaan kuliah, fasilitas intenet di warkop itupun rasanya aku tidak betah
dengan lemotnya. Aku hanya bisa bersabar. Fortunately, seorang kawan mengirimkan
pesan lewat Facebook dan membuat aku tidak mempedulikan kecepatan wifi yang
penting aku bisa chat sama kawan cewekku yang satu ini.
Menit, jam berganti jam
menunjukkan 12.00, ia pun meminta pamit harus beristirahat. Cuaca dingin di
warkop tersebut membuatkan aku tidak ingin berlama-lama hung out di
warkop, kemudian aku memanggilkan waiter untuk membayar kopi yang aku minum,
bermodalkan uang hutang yang aku tagih aku membayar kopi.
Dinginnya malam membuat aku melajukan keretaku kencang,
hanya beberapa menit aku tiba di rumah, lampu yang padam pun sudah kembali
menerangi kamarku, sehingga aku bisa merebahkan tubuhku dengan cahaya terangnya
lampu. Lantas aku bangun dan mencoba menuliskan dalam sebuah catatan ini,
keanehan yang terjadi pada malam ini.
Syukurku kepada-Nya, sehingga aku bisa
menikmati kopi malam ini, walaupun tanpa
seorang kawan bersamaku hanya berteman dingin angin malam aku dapat melewati malam
dari kegelapan rumah dari sinar lampu yang padam. Catatan ini mungkin tidak bermanfaat
bagi pembaca namun menjadi memori bagiku dalam hidupku.[]
0 komentar:
Post a Comment