A.
OSWALD SPENGLER
1) Biografi Singkat Oswald
Spengler
Oswald Spengler lahir di Blankenburg (Harz) di Jerman
Tengah pada tahun 1880, anak tertua dari empat anak, dan satu-satunya anak laki-laki.
Ayahnya, yang semula teknisi pertambangan dan berasal dari garis panjang
mineworkers, adalah seorang pejabat di pos Jerman birokrasi, dan ia memberikan
keluarganya dengan sederhana namun nyaman di rumah kelas menengah. Ketika ia
berusia sepuluh tahun keluarganya pindah ke kota universitas Halle. Spengler
menerima pendidikan Gymnasium klasik, mempelajari bahasa Yunani, Latin,
matematika dan ilmu alam. Disini juga ia mengembangkan afinitas kuat untuk seni
– khususnya puisi, drama, dan musik.
Spengler pada umur 21 tahun. Spengler mempelajari
bidang studi budaya klasik, matematika, dan ilmu-ilmu fisik. Pendidikan
universitasnya sebagian besar dibiayai oleh sebuah warisan dari almarhum bibi.
Ia gagal dalam ujian pertamanya, tetapi ia lulus di ujian kedua pada tahun 1904
dan kemudian ia menulis disertasi sekunder yang diperlukan untuk memenuhi
syarat sebagai guru sekolah tinggi. Kemudian ia pindah ke Düsseldorf dan
akhirnya Se Hamburg. Dia mengajar matematika, fisika, sejarah dan sastra
jerman.
Dia menetap di Munich, di sana untuk menjalani
kehidupan sarjana yang independen / filsuf. Dia mulai menulis sebuah buku
pengamatan politik. Awalnya untuk menjadi berjudul Konservatif dan
Liberal, itu direncanakan sebagai sebuah eksposisi dan penjelasan tentang tren
saat ini di Eropa – yang mempercepat perlombaan senjata, Entente “pengepungan”
di Jerman, sebuah suksesi krisis internasional, meningkatkan polaritas dari
bangsa-bangsa – dan mana mereka memimpin. Namun pada akhir 1911 ia tiba-tiba
tersentak oleh gagasan bahwa peristiwa hari hanya dapat ditafsirkan dalam
“global” dan “total-budaya” istilah. Dia melihat Eropa sebagai berbaris pergi
untuk bunuh diri, langkah pertama menuju kematian terakhir budaya Eropa di
dunia dan dalam sejarah.
Perang Besar 1914-1918 hanya membenarkan dalam
pikirannya keabsahan tesis yang sudah dikembangkan. Pekerjaan yang
direncanakannya terus meningkat dalam lingkup yang jauh melampaui batas
aslinya.Pada tahun 1922 Spengler mengeluarkan edisi revisi jilid pertama yang
berisi koreksi kecil dan revisi, dan tahun setelah melihat penampilan jilid
kedua, dia kemudian puas dengan pekerjaan, dan semua tulisan-tulisan dan
pernyataan-pernyataan.
Dengan memnanfaatkan pendekatan physiogmatic, Spengler
yakin akan kemampuannya untuk memecahkan teka-teki sejarah.
2)
Teori Sejarah Oswald Spengler.
Jiwa
dari teori-teori sejarah
beranggapan bahwa sejarah itu adalah
suatu gerak yang tumbuh dan berkembang secara evolusi atau perubahan secara
alami. Dalam proses evolusi sejarah, peran manusia sangat menentukan sekali.
Bahkan, manusia menjadi inti masalah dari gerak sejarah itu sendiri. Oleh
karena manusia eksistensinya begitu kompleks, maka para sejarawan berbeda
pendapat dalam menentukan gerak sejarah. Menurut Ankersmit,
umumnya terdapat tiga hal yang menjadi
kajian filsafat sejarah spekulatif, yaitu
pola gerak sejarah, motor yang
mengge-rakkan proses sejarah, dan tujuan gerak sejarah.
Kini mari kita beralih pada uraian tentang
seorang filosof sejarah lain yaitu Oswald Spengler (meninggal pada tahun
1936 ). Oswald Spengler yang dikenal merupakan penganut teori sejarah siklus
dan penganut merosotnya kebudayaan Barat
dalam Karyanya yang berpengaruh adalah Der Untergang des
Abendlandes (Decline of the West) atau Keruntuhan Dunia Barat/Eropa.
Spengler meramalkan keruntuhan Eropa.
Ramalan itu didasarkan atas keyakinan bahwa gerak
sejarah ditentukan oleh hukum alam. Dalil Spengler ialah bahwa kehidupan sebuah
kebudayaan dalam segalanya sama dengan kehidupan tumbuhan, hewan, manusia dan
alam semesta atau dengan kata lain cenderung berpandang den berpikir
biologistik. Ia terlebih dahulu mengangggap kebudayaan Barat khususnya
mempunyai fase-fase umur yang di dahului seperti manusia melalui fase-fase
kehidupan. Persamaan itu
berdasarkan kehidupan yang dikuasai oleh
hukum siklus sebagai wujud dari fatum. Hukum itu tampak pada siklus:
No
|
Alam
|
Manusia
|
Tumbuhan
|
Hari
|
Kebudayaan
|
1
|
Musim semi
|
Masa pemuda
|
Masa pertumbuhan
|
Pagi
|
Pertumbuhan
|
2
|
Musim panas
|
Masa dewasa
|
Masa berkembang
|
Siang
|
Perkambangan
|
3
|
Musim rontok
|
Masa puncak
|
Masa berbuah
|
Sore
|
Kejayaan
|
4
|
Musim dingin
|
Masa tua
|
Masa rontok
|
Malam
|
Keruntuhan
|
Tiap-tiap masa pasti datang menurut waktunya, itulah
keharusn alam yang mesti terjadi. Seperti halnya historical materialism, paham
Spengler tentang kebudayaan pasti runtuh apabila sudah melewati puncak
kebesarannya. Oleh sebab itu keruntuhan suatu kebudayaan dapat diramalkan
terlebih dahulu menurut perhitungan. Suatu kebudayaan mendekati keruntuhan
apabila kultur sudah menjadi Civilization (kebudayaan yang sudah tidak dapat
tumbuh lagi). Apabila kultur sudah kehilangan jiwanya, maka daya cipta dan
gerak sejarah akan membeku.
Gerak sejarah tidak bertujuan sesuatu kecuali
melahirkan, membesarkan, mengembangkan, meruntuhkan kebudayaan. Spengler
menyelidiki kebudayaan Barat dan setelah membandingkan kebudayaan Barat dengan
sejarah kebudayaan-kebudayaan yang sudah tenggelam, ia berkesimpulan:
a.
Kebudayaan Barat sampai pada masa tua (musim dingin), yaitu
civilization
b.
Sesudah civilization itu kebudayaan Barat pasti akan runtuh
c.
Manusia Barat harus dengan bersikap berani menghadapi keruntuhan
itu
d.
Mempelajari sejarah tujuannya ialah untuk mengetahui suatu
kebudayaan didiagnose seperti seorang dokter menentukan penyakit si penderita.
Nasib kebudayaan dapat diramalkan, sehingga untuk seterusnya kebudayaan itu
dapat menentukan sikap hidupnya.
Kesimpulannya Fase kebudayaan di bagi ke dalam 3 zaman
yaitu pertama, masa muda dan gagah, kedua masa keemasan, dan ketiga masa keruntuhan. Dari Teori ini
dapat di tegaskan bahwa sejarah dapat dibagi menurut sejarah sejumlah lingkungan kebudayaan atau peradaban
yang semuanya katanya melintasi suatu lingkaran, yaitu muncul berkembang dan
mundur. Hanya saja yang menarik untuk disimak, bahwa dalam spekulasi sejarah
siklus, kita dapat membanding-bandingkan zaman kita dengan zaman-zaman lainnya
dan dapat menentukan dimana tempat kita pada siklus itu muncul, berkembang, dan
mundur. Demikian juga misalnya Spengler
menyimpulkan bahwa sejarah Roma sebelum Julius Caesar dan zaman kita ini
terdapat pada tahap yang sama.
3)
Manfaat Mempelajari Filsafat Sejarah.
Diantara manfaat-manfaat mempelajari filsafat sejarah adalah
sebagai berikut:
1.
Ahli filsafat memberikan pertimbangan untuk menjadi seorang
sejarawan yang ulung, tidak mutlak perlu memiliki pengetahuan filsafat sejarah.
Karena banyak sejarawan ulung tak pernah menekuni masalah-masalah filsafat
sejarah. Tetapi yang ditawarkan oleh seorang ahli filsafat bagi sejarawan
adalah dapat mempertajam kepekaan kritis seoran peneliti sejarah. Setiap orang
mungkin merasa kecewa dan bertanya lalu apa manfaatnya penelitian seperti
dilakukan oleh filsafat sejarah. Bila seorang filsuf sejarah tidak dapat
memberikan sumbangan pikiran yang membantu seorang ahli sejarah agar dapat
melangkah dari bahan sumber-sumber sejarah menuju sebuah monografi, dan
2.
Dengan dilatarbelakangi filsafat sejarah seorang peneliti sejarah
lebih mampu mengadakan suatu penilaian pribadi menganai keadaan pengkajian
sejarah pada suatu saat tertentu. Bahkan sekedar pangetahuan mengenai filsafat
sejarah mutlak perlu,agar dapat mengapresiasi pengkajian sejarah masa kini
dengan memuaskan. Dalam pemgkajian sejarah terdapat banyak aliran yang oleh
pendukungnya masing-masing diiklankan dengan ramai, sehungga perlu diadakan
suatu pilihan. Disini pun pengetahuan mengenai filsafat sejarah ada
manfaatnya.setiap ahli sejarah yang dengan sungguh-sungguh menekuni profesinya,
mau tidak mau menganut beberapa oemdapat yang berakar pada filsafat sejarah.
3.
Para peneliti sejarah sendiri, kalau hanya mengandalkan
intuisinya, kadang-kadang sampai pada kesimpulan-kesimpulan mengenai bidang
penelitianya yang sukar dapat di pertahankan
4.
Filsafat sejarah tidak mengajarkan bagaimana pengkajian sejarah
harus dilakukan. Akan tetapi, filsafat sejarah dapat menawarkan pengertian
mengenai untung ruginya berbagai pendekatan terhadap masa silam dan menjadikan
kita waspada terhadap pendapat-pendapat keliru mengenai tugas dan tujuan
pengkajian sejarah. Tujuan filsafat sejarah diatas telah dijelaskan bahwa
filsafat sejarah adalah salah satu bagian filsafat yang ingin menyelidiki
sebab-sebab terakhir dari suatu peristiwa serta ingin memberikan jawaban atas
sebab dan alasan segala peristiwa sejarah. Walaupun batasan atau pengertian
filsafat sejarah agak luas namun sudah menjadi ciri manusia.yang berfikir bahwa
ia hendak menyusun pengetahuannya sedemikian rupa, sehingga pengetahuan itu
dapat tercakup oleh satu atau dua asas pokok yang prinsip.
Demikian pula halnya disini, dalam usaha merumuskan
tujuan filsafat sejarah. Hal ini sangat penting karena dalam rangka studi untuk
mendalami filsafat sejarah perlu diketahui apa sebenarnya tujuan utamanya?
Di bawah ini akan diberikan gambaran secara detail,
yaitu:
a)
Untuk menyelidiki sebab–sebab terakhir peristiwa sejarah agar
dapat diungkapkan hakekat dan makna yang terdalam tentang peristiwa sejarah.
b)
Untuk Memberikan jawaban atas pertanyaan” kemanakah arah sejarah”
serta menyelidiki semua sebab timbulnya perkembangan segala sesuatu yang ada.
c)
Melalui studi mendalam tentang filsafat sejarah, dapat membentuk
seseorang memiliki vision atau wawasan dan pandangan yang luas.
d)
Studi filsafat sejarah dapat menjadikan seseorang berfikir
analitis kronologis serta arif dan bijaksana atau wisdom.
e)
Filsafat sejarah bertujuan membentuk dan menyusun isi, hakekat
serta menberi makna dari pada sejarah menyusun suatu pandangan dunia untuk
filsafat sejarah serta pandangan berwawasan nasional untuk filsafat sejarah
nasional Indonesia Ruang lingkup Sejarah Filsafat Perkembangan ruang pemikiran
filsafat mempunyai hubungan yang sangat erat dengan alam sekitar dan
lingkungan.
0 komentar:
Post a Comment