A. POSITIVISME AUGUST COMTE
1) Biografi August Comte
Nama lengkap August
Comte adalah Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte,
dia dilahirkan di Montpellier, Prancis Selatan 17 Januari 1798.
Keluarganya beragama Katholik yang berdarah bangsawan. Meskipun demikian,
August Comte tidak terlalu peduli dengan kebangsawanannya. Dia memulai meniti
pendidikan di Lycee Joffre dan Montpellier, setelah ia menyelesaikan pendidikan
itu, di melanjutkan pendidikannya di Ecole Polytechnigue di Paris Selatan
selama 2 tahun antara 1814-1816.
Secara intelektual
kehidupan Comte dapat diklafikasikan menjadi 3 tahap:
Pertama, ketika ia berkerja sebagai juru tulis dan bersahabat dengan Saint-Simon,
pada tahap ini pemikirannya tentang sistem politik baru, dimana fungsi-fungsi
pendeta di abad pertengahan diganti ilmuan dan fungsi tentara dialihkan kepada
industri.
Kedua, ketika ia telah menjalani proses pemulihan mental yang disebabkan
kehidupan pribadinya yang tidak stabil. Pada tahap inilah, Comte melahirkan
karya besarnya tentang filsafat positivisme yang ditulis pada tahun 1830-1843, Cours de Philosophie positive. Kehidupan
Comte berpengaruh luas justru terletak pada separuh awal kehidupannya.
Ketiga, kehidupan intelektual Comte semakin berkembang ketika ia
menulis karya Systeme de Politique Positive antara tahun
1851-1854.
2)
Pengertian Positivisme
Positivisme secara
etimologi berasal dari kata positive, yang dalam bahasa filsafat bermakna
sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai
suatu realita. Ini berarti, apa yang disebut sebagai positif bertentangan
dengan apa yang hanya ada di dalam angan-angan (impian) atau terdiri dari apa
yang hanya merupakan konstruksi atas kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal
manusia.
Kata Positivisme
merupakan turunan dari kata positive. John M. Echols mengartikan positive
dengan beberapa kata yaitu positif (lawan dari negatif), tegas, pasti,
meyankinkan. Dalam filsafat, positivisme berarti suatu aliran filsafat yang
berpangkal pada sesuatu yang pasti, faktual, nyata, dari apa yang diketahui dan
berdasarkan data empiris. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, positivisme
berarti aliran filsafat yang beranggapan bahwa pengetahuan itu semata-mata
berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti. Sesuatu yang maya dan tidak jelas
dikesampingkan, sehingga aliran ini menolak sesuatu seperti metafisik dan ilmu
gaib dan tidak mengenal adanya spekulasi. Aliran ini berpandangan bahwa manusia
tidak pernah mengetahui lebih dari fakta-fakta, atau apa yang nampak, manusia
tidak pernah mengetahui sesuatu dibalik fakta-fakta.
Dapat disimpulkan
pengertian positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu paham yang
dalam “pencapaian kebenarannya” bersumber dan berpangkal pada kejadian yang benar-benar
terjadi. Segala hal diluar itu, sama sekali tidak dikaji dalam positivisme.
3)
Kelahiran Filsafat Positivistik
Positivisme dijadikan
sebagai sebuah filsafat pertama kali oleh Comte di abad kesembilan belas. Pada
dasarnya positivisme adalah sebuah filsafat yang meyakini bahwa satu-satunya
pengetahuan yang benar adalah yang didasarkan pada pengalaman aktual-fisikal.
Pengetahuan demikian hanya bisa dihasilkan melalui penetapan teori-teori
melalui metode saintifik yang ketat, yang karenanya spekulasi metafisis
dihindari. Ajaran positivisme timbul pada abad 19 dan termasuk jenis
filsafat abad modern. Kelahirannya hampir bersamaan dengan empirisme. Kesamaan
diantara keduanya antara lain bahwa keduanya mengutamakan pengalaman.
Perbedaannya, positivisme hanya membatasi diri pada pengalaman-pengalaman yang
objektif sedangkan empirisme menerima juga pengalaman-pengalaman batiniah atau
pengalaman yang subjektif.
August Comte adalah
tokoh aliran positivisme yang paling terkenal. Kaum positivis percaya bahwa
masyarakat merupakan bagian dari alam dimana metode-metode penelitian empiris
dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Aliran
ini tentunya mendapat pengaruh dari kaum empiris dan mereka sangat optimis
dengan kemajuan dari revolusi Perancis.
Comte menuangkan
gagasan positivisnya dalam bukunya the Course of Positivie
Philosoph, yang merupakan sebuah ensiklopedi mengenai evolusi
filosofis dari semua ilmu dan merupakan suatu pernyataan yang sistematis yang
semuanya itu tewujud dalam tahap akhir perkembangan. Perkembangan ini
diletakkan dalam hubungan statika dan dinamika, dimana statika yang dimaksud
adalah kaitan organis antara gejala-gejala sedangkan dinamika adalah urutan
gejala-gejala. Bagi Comte untuk menciptakan masyarakat yang adil, diperlukan
metode positif yang kepastiannya tidak dapat digugat. Metode positif ini
mempunyai 4 ciri, yaitu:
1. Metode
ini diarahkan pada fakta-fakta
2. Metode
ini diarahkan pada perbaikan terus menerus dari syarat-syarat hidup
3. Metode
ini berusaha ke arah kepastian
4. Metode
ini berusaha ke arah kecermatan
Metode positif juga
mempunyai sarana-sarana bantu yaitu pengamatan, perbandingan, eksperimen dan
metode historis. Tiga yang pertama itu biasa dilakukan dalam ilmu-ilmu alam,
tetapi metode historis khusus berlaku bagi masyarakat yaitu untuk mengungkapkan
hukum-hukum yang menguasai perkambangan gagasan-gagasan. Tokoh terpenting dari
aliran positivisme adalah August Comte (1798-1857), John Stuart Mill
(1806-1873), dan Herbert Spencer (1820-1903).
0 komentar:
Post a Comment